Cerpen Tentang Sepatu Butut

Selamat datang di Katalistiwa, blog untuk berbagi pertanyaan seputar Pendidikan. Kali ini kami akan menjawab pertanyaan dan sekaligus kami akan membahas pertanyaan berikut: Cerpen Tentang Sepatu Butut

Cerpen Tentang Sepatu Butut

Cerpen Tentang Sepatu Butut

Lanjutkan cerpen “5epatu Butut” ini secara bebas. Alur yang diputus adalah yang menuju bagian klimaks: membuang sepatu butut atau tidak. Apapun keputusannya dan bagaimana melakukannya selanjutnya tentukan bagaimana cerita berakhir.

Mari Kita Bahas Bersama Jawaban Soal Cerpen Tentang Sepatu Butut

Sepatu Butut

(Cerita pendek oleh Ely Chandra, Angin-angin)

 

(orientasi)

Saya tidak tahu berapa kali saya memintanya untuk mengganti sepatunya. Jika sepatu masih bisa dipakai, mungkin tidak apa-apa. Tapi sepatu itu sudah terlihat sangat usang, jauh dari fit untuk dipakai. Meskipun orang tua kita bukan orang kaya. tapi saya pikir mereka masih mampu membelikan Andi sepasang sepatu baru yang lebih tahan lama.

Saya juga tidak tahu kenapa. Aku satu-satunya yang selalu memperhatikan sepatu Andi. Sepatu itu mengganggu penglihatanku. Orang tua kami tidak pernah memprotes ketika Andi memakai sepatu bot tua itu lagi.

(rangkaian peristiwa)

Besok kita pergi ke sekolah. Sekali lagi, sepatu tua itu yang saya perhatikan. Tidak ada lagi yang saya perhatikan dari Andi. Aku malas jika pergi bersamanya. Aku malu jika harus pergi bersamanya. Seperti berjalan dengan gembeel.

Sepatu usang itu sangat mengganggu saya, kenapa Andi tidak meminta sepatu baru agar keren seperti teman-temannya, Ivan dengan sepatu ketsnya atau seperti Dodi dengan sepatu olahraganya?

Suatu malam saya berpikir untuk menyingkirkan sepatu tua itu. Saya akan membuangnya pada Sabtu malam karena saya tahu dia akan mencucinya pada hari Minggu. Jadi kalau hari Minggu tidak ketemu, masih ada opsi beli baru jadi masih bisa masuk hari Senin.

Tentu saja, menyingkirkan sepatu usang tidak memerlukan rencana yang rumit. itu cukup sederhana, saya pasti bisa melakukannya, tunggu saja Andi tidur di malam hari dan kemudian saya akan melakukan misinya. Hari yang saya tunggu-tunggu telah tiba. Segera saya bersiap untuk menjalankan misi saya. Saya melihat bahwa Andi tidak ada di rumah.

(komplikasi)

Saya lupa bahwa Andi pergi bermain sepak bola di lapangan dekat rumah. Sepatunya bahkan tidak ada di rak sepatu. Jika sepatu tua itu tidak dibawa, saya mungkin akan membuangnya. Dan ketika Andi bertanya di mana sepatunya, saya bisa menjawab bahwa tikus telah mencurinya atau memungut pemulung yang lewat.

“Bu,” sapa Andi lembut dari belakangku. Saya terkejut mendengarnya ketika saya membayangkan skenario yang cocok untuk menjatuhkan sepatunya.

“Baru pulang ya?” Aku setengah tergagap dan melihat sepatu usang yang dipegangnya.

“Ya. Sepatu Dodi rusak, Bu. Ayo jalan-jalan,” katanya sambil membersihkan sepatunya dari kotoran yang menempel.

Tiba-tiba ada perasaan ingin bertanya pada Andi kenapa dia begitu menyukai sepatunya.

“Ndi, bolehkah saya bertanya? Mengapa Andi tidak meminta sepatu baru kepada ibu dan ayah? Sepatu ini warnanya kusam. Sol sepatunya sudah tipis. Dan lapisannya juga mengelupas. Bukankah Andi malu memakainya?” tanyaku penasaran.

“Ah ibu. Apa ibu lupa cerita tentang sepatu ini? Ini sepatu yang dibeli nenekku sebelum meninggal. Saat itu nenek pulang dari rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, nenek melewati toko sepatu. kesulitan, nenek tetap memilihkan sepatu untuk Andi. Bagaimana cara Andi menggantinya dengan yang lain, Bu?” katanya sambil menatap sepatu botnya.

Seperti ada yang mencekik dadaku. Hampir dua tahun yang lalu, ibu saya membeli sepatu ini. Ibu bilang dia sangat ingin membeli sepatu karena sepatu lama Andi sudah tidak cukup lagi. Tanpa terasa, ada genangan air di mataku.

(resolusi)

“Kalau Andi mau beli sepatu baru, Andi mau, Bu. Tapi biarlah Andi simpan sepatu ini setelah dicuci ya, Bu. Andi tahu kenapa Ibu tidak nyaman melihat Andi memakai sepatu ini, karena sudah usang,” tanya Andi .

“Iya Indi. Bisa. Tidak apa-apa. Nanti sepatunya dicuci bersih lalu disimpan di tempat yang kering. Supaya tidak mudah berjamur,” kataku terharu.

“Terima kasih, Bu,” kata Andi sambil tersenyum.

Detil Jawaban Cerpen Sepatu Butut

Kelas: IX

Mapel: Bahasa Indonesia

Bab: Menyusun Cerita Pendek (Bab 3)

Inilah Pembahasan yang kami rangkum dari berbagai sumber oleh tim Katalistiwa . Semoga bermanfaat.