Pernahkah Anda membayangkan sebuah negara tanpa lampu lalu lintas? Seolah sulit dipercaya, bukan? Bayangan mengenai lalu lintas yang kacau dan semrawut mungkin langsung terlintas di benak Anda. Namun, ada satu negara di dunia yang berhasil membuktikan bahwa hal itu mungkin.
Negara itu adalah Bhutan. Apa yang pertama kali Anda pikirkan saat mendengar nama Bhutan? Bagi sebagian besar orang, negara ini mungkin terdengar asing. Berada di kawasan Asia Selatan, diapit oleh India dan Tiongkok, Bhutan jarang terdengar di panggung internasional, baik di dunia olahraga maupun acara bergengsi lainnya. Namun, negara kecil ini memiliki daya tarik tersendiri yang sering membuat wisatawan takjub.
Bhutan dikenal sebagai salah satu negara yang paling damai di dunia. Bahkan, negara ini memiliki kebijakan unik yang sulit ditemukan di tempat lain. Salah satunya adalah keputusan untuk tidak menggunakan lampu lalu lintas sama sekali. Keputusan ini bukan tanpa alasan, melainkan didasarkan pada kepercayaan dan preferensi masyarakat Bhutan.
Kenapa Bhutan Tidak Menggunakan Lampu Lalu Lintas?
Bhutan, dengan luas wilayah sekitar 38.000 kilometer persegi, sebenarnya pernah mencoba menggunakan lampu lalu lintas untuk mengatur kendaraan. Namun, eksperimen ini tidak berlangsung lama. Warga Bhutan justru merasa bahwa keberadaan lampu lalu lintas hanya memperburuk situasi. Mereka menganggap sistem tersebut memperlambat aktivitas mereka dan membuat perjalanan terasa membosankan.
Sebaliknya, masyarakat lebih memilih sistem manual yang diatur oleh polisi lalu lintas. Menurut mereka, keberadaan petugas di jalan jauh lebih efektif dan fleksibel dibandingkan menunggu sinyal lampu merah. Tak heran, di setiap sudut kota, termasuk Thimphu yang merupakan ibu kota Bhutan, Anda tidak akan menemukan satu pun lampu lalu lintas.
Polisi Lalu Lintas sebagai Solusi
Di Bhutan, petugas polisi memainkan peran sentral dalam mengatur arus kendaraan. Mereka berdiri di tengah jalan raya, memberikan isyarat dan arahan kepada para pengendara. Hal ini dianggap lebih manusiawi dan responsif terhadap kondisi lalu lintas yang dinamis.
Selain itu, pendekatan ini mencerminkan budaya dan nilai-nilai masyarakat Bhutan yang menjunjung tinggi kesederhanaan dan harmoni. Warga Bhutan merasa lebih nyaman berinteraksi langsung dengan petugas lalu lintas daripada bergantung pada teknologi.
Keputusan Bhutan untuk tidak menggunakan lampu lalu lintas adalah salah satu bukti bagaimana budaya lokal dapat memengaruhi kebijakan publik. Di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih, Bhutan tetap mempertahankan cara tradisional yang telah terbukti efektif bagi mereka. Negara ini mengajarkan kita bahwa terkadang, solusi sederhana justru bisa menjadi yang terbaik.